Selamat Datang Di Gubug Kami

Pengurus Harian Tunas

Berpose bersama setelah membahas agenda bulanan pasca UAS.

Rapat Harian II Tunas

Rapat Harian II Pengurus Tunas di sekretariat Tunas : Jl. raya Parung-Bogor, Depan SPBU Jabon Mekar-Kemang-Bogor. .

Delegasi Futsal

Tim Futsal Delegasi Tunas berfoto bersama KH. Dr. Mujib Qulyubi (Ketua STAINU Jakarta) setelah diumumkan memenangkan juara II.

Santap Sederhanan With Daun Pisang

Makan bersama setelah doa dan tahlil pada acara pengangkatan pengurus baru.

Serius Mode On

Antusiasme sahabat Tunas dalam membahas agenda-agenda organisasi dan rencana Baksos.

Kamis, 11 April 2013

Tafsir Surat Al-fatihah


BAB I: PENDAHULUAN

Maksud, ruh dan intisari dari shalat adalah menghadapkan hati ke hadirat Allah swt. Ketika kita melakukan sholat, sedangkan hati kita dalam keadaan lupa, maka kita tak ubahnya jasad (tubuh) yang tidak ber-ruh. Hal ini berdasarkan firman Allah swt.:
فويل للمصلين الذين هم عن صلاتهم ساهون 
Artinya: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (al-ma’un : 4-5).
Para ulama menafsiri kata ساهون (orang-orang yang lalai ) dalam ayat itu menjadi tiga penafsiran: (1) lalai dari waktunya, dalam arti meninggalkan shalat, (2) lalai dari perkara-perkara yang diwajibkan didalam shalat, dan (3) lalai dari menghadirkan hati.[1] Ketiga interpretasi ayat ini sesuai dengan hadits nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Imam muslim.[2]
Surat Al-fatihah merupakan bacaan wajib (rukun qauly) kedua dalam shalat setelah takbiratul ihram, sehingga dalam makalah mata kuliah tafsir ini, sangat penting sekali kami jelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan Surat Al-fatihah, diantaranya; Aplikasi, makna mufradat, makna ijmali, kandungan, asbab al-nuzul dan hadits-hadits yang berkaitan dengannya agar dalam ibadah shalat kita tidak termasuk golongan orang-orang yang lalai dalam menghadirkan hati kita.

Penulis
BAB II: PEMBAHASAN

A.      Teks Surat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Yang menguasai hari Pembalasan. Hanya Kepada-Mu Kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
(Al-Fatihah: 1-7)

B.       Aplikasi Surat
Dalam Surat Al-fatihah terkandung beberapa makna al-Quran, ushuluddin, furu’, akidah, ibadah, tasyri’, iman dengan hari kebangkitan dan sifat-sifat Allah, difungsikan untuk do’a khusus, meminta hidayah ke jalan yang lurus dan agar dijauhkan dari jalan yang salah.[3]
Menurut Al-Qurthuby, surat Al-Fatihah mempunyai 12 nama[4], yaitu: Al-Sholat[5], Surat Al-hamd, Fatihatul kitab, Ummul kitab, Ummul quran, Al-Sab’ul matsani, Al-Quranul Adzim, Al-Syifa, Al-Ruqyah, Al-Asas, Al-Wafiyah, dan Al-kafiyah, tapi yang paling masyhur ada tiga nama yaitu: Al-fatihah, Ummul kitab dan Al-sab’ul matsani.
Keistimewaan Al-fatihah sangat banyak sekali diantaranya adalah sesuai yang disebutkan dalam hadits yang menjelaskan bahwa Allah membagi Al-fatihah menjadi dua bagian; sebagian untuk Allah dan sebagian untuk hamba-Nya, dengan fatihah itu Allah berjanji mengabulkan semua permintaan hamba-Nya.
C.      Uraian Mufradat
بِسْمِ اللَّهِ ; Dengan menyebut nama Allah.. Kata Ismu memiliki arti ‘nama’, yaitu kata  yang digunakan untuk identifikasi sesuatu agar bisa dibedakan dari yang lainnya. Kata ‘Allah’ adalah Isim alam dari dzat yang menjadi tuhan supaya dengan nama itu Dia dikenal.
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ; Yang maha pengasih lagi maha penyayang. Al-Rahman adalah bentuk mubalaghah yang musytaq (terbentuk) dari kata Rahmat  yang menunjukkan arti banyaknya rahmat yang diberikan oleh Allah. Al-Rahim juga musytaq  dari kata Rahmat , adalah nama sekaligus sifat bagi Allah yang memiliki arti yang maha pengasih baik di dunia maupun di akhirat.[6]
الْحَمْدُ  ; adalah pujian dengan menggunakan lisan untuk perkara baik disebabkan karena nikmat atau selainnya. Al-Hamd dan Al-Syukr adalah satu makna, atau bisa dikatakan Al-hamd lebih umum dari Al-Syukr.[7]
رَبِّ الْعَالَمِينَ ; Tuhan semesta alam. Kata Rabb memiliki arti yang memelihara, yang memiliki, yang disembah. Sedangkan Al-Alamin adalah kata jamak yang tidak memiliki mufrad yang artinya semesta alam (semua  alam). Menurut Ibn Abbas, yang dimaksud dengan  Al-Alamin adalah manusia dan jin karena hanya mereka yang mendapatkan khithab taklif[8], sedang menurut Qatadah, Mujahid dan Hasan adalah semua makhluk tanpa terkecuali.[9]
يَوْمِ الدِّينِ ; Hari pembalasan. Banyak ulama yang menginterpretasikan kata yaum al-din dengan berbagai penafsiran; ada yang mengartikan hari perhitungan, hari pembalasan, hari yang tidak ada sesuatupun yang bermanfaat kecuali al-din (agama) dll., tapi yang jelas semua itu berujung pada satu makna; hari kiamat.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ; Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami minta perlindungan. Mendahulukan kata إِيَّاكَ  dalam penyebutan mengandung arti pengkhususan dalam penyembahan. Berbeda artinya jika disebutkan نَعْبُدُ إِيَّاكَ (dengan mengakhirkan kata Iyyaka) yang tidak mengandung arti pengkhususan. نَعْبُدُ  adalah fiil mudhori’ dari mashdar “al-ibadah”yang artinya; taat dan merasa rendah. Sedangkan نَسْتَعِينُ memiliki arti permintaan pertolongan, kekuatan dan taufik.
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ; jalan yang lurus, yaitu agama islam. Adalah sejumlah perkara yang bisa mengantarkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, berupa akidah, hukum-hukum, adab, dan tasyri’ keagamaan.[10]
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ; orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yaitu para nabi, shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholih.
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ ; mereka yang dimurkai, dan الضَّالِّينَ ; mereka yang sesat. Mayoritas ulama menafsiri Al-maghdzubi ‘alaihim dengan orang-orang Yahudi, dan Al-dhaallin dengan orang-orang Nashrani. Menurut  Dr. Wahbah Al-Zuhaili, penafsiran yang benar adalah bahwa Al-maghdzubi ‘alaihim adalah orang-orang yang telah mendapatkan petunjuk dari agama islam kemudian dia meninggalkannya, dan Al-dhaallin adalah orang-orang yang belum sempat mendapatkan risalah islam, atau telah mendapatkannya tetapi masih sangat kurang sehingga menjadikannya tersesat.[11]

D.       Makna Ijmali
Surat Al-Fatihah ini memiliki kandungan faidah yang banyak dan agung, berikut ini beberapa di antaranya yang dapat kami sebutkan:
1.      Surat ini terkandung di dalamnya tiga macam tauhid:
Ø Tauhid Rububiyyah, yaitu beriman bahwa hanya Allah Swt. yang menciptakan, mengatur dan memberi rizqi, sebagaimana yang terkandung di dalam penggalan ayat: “Rabbil ‘alamin “.
Ø Tauhid Asma’ wa Shifat, yaitu beriman bahwa Allah suhanahu wata’ala mempunyai nama-nama serta sifat-sifat yang mulia dan sesuai dengan keagungan-Nya. Diantaranya Al-Rahman dan Al-Rahim.
Ø Tauhid Uluhiyyah, yaitu beriman bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata. Adapun sesembahan selain Allah adalah batil, diambil dari penggalan ayat: “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan memohon pertolongan”.
Ø Penetapan adanya hari kiamat dan hari pembalasan, sebagaimana potongan ayat: “Penguasa hari pembalasan”.
2.      Perintah untuk menempuh jalan orang-orang yang shalih.
3.      Peringatan dan ancaman dari enggan untuk mengamalkan ilmu yang telah diketahui. Karena hal ini mendatangkan murka Allah suhanahu wata’ala. Demikian pula, hendaklah kita berilmu sebelum berkata dan beramal. karena kebodohan akan mengantarkan pada jalan kesesatan.[12]
E.       Sebab-Sebab Turunnya Ayat.
Dalam sebuah artikel di sebuah situs menjelaskan ada sebuah hadits yang diriwatkan oleh Ali bin Abi Tholib menantu Rasulullah: “Surat al-Fatihah turun di Mekah dari perbendaharaan di bawah ‘arsy”. Riwayat lain menyatakan, Amr bin Shalih berkata kepada kami:“Ayahku berkata kepadaku, dari Al- Kalbi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Nabi berdiri di Mekah, lalu beliau membaca: “Denganmenyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Kemudian orang-orang Quraisy mengatakan, “Semoga Allah menghancurkan mulutmu (atau kalimat senada).”
Dari Abu Hurairah, ia berkata; “Rosulullah saw. bersabda saat Ubai bin Ka’ab membacakan Ummul Quran pada beliau, “Demi zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, Allah tidak menurunkan semisal surat ini di dalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Quran. Sesungguhnya surat ini adalah as-sab’ul matsani (tujuh kalimat  pujian) dan al-Quran al-’Azhim yang diberikan kepadaku[13].” Tapi keterangan dari artikel ini belum kami temukan satupun redaksi dalam beberpa kitab Hadits yang mirip.Wallahu A’lam.

BAB IV: PENUTUP

Mudah-mudahan kajian tentang tafsir surat Al-fatihah dari makalah yang kami buat ini bisa menjadikan kita semua lebih mendalami arti dan kandungan Surat Al-Fatihah sehingga kita tidak termasuk golongan orang-orang yang lalai dalam melakukan shalat.
Adapun penjelasan tentang Munasabah ayat dengan hadits kami cukupkan dengan membahas aplikasi ayat yang sebelumnya digugurkan dan karena membahas mengenai beberapa sub di atas akan sangat banyak menghabiskan waktu jika kita mau mencermatinya.
Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq.





[1] Muhammad Ibn Abdul Wahhab, Tafsiru Surah al-Fatihah Wa al-Ikhlash Wa al-Mu’awwidatain,  Al-Maktabah Al-Syamilah.
[2] Nabi Muhammad Saw. Bersabda:
تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِ ، يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا ، لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً (رواه مسلم)
Artinya: “Itu adalah shalat orang munafik. Ia duduk menunggu matahari, hingga ketika matahari telah berada di antara dua tanduk setan ia bangkit untuk shalat. Lalu ia mematuk dalam shalatnya sebanyak empat kali, dalam keadaan ia tidak mengingat (berzikir) kepada Allah kecuali sedikit.” (HR. Muslim no. 1411). Lih.Muhammad ibn Futuh Al-Humaidi, Al-Jam’u Baina Al-Shahihaini Al-Bukhari Wa Al-Muslim, Beirut, Lebanon: Dar Ibn Hazm, cet. II, 2002 M., Juz II, h. 374.

[3] Wahbah Al-Zuhaili, Al-Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syariah Wa Al-Manhaj, (Damaskus:Dar al-Fikr Al-Ma’ashir,1418 H), juz 1, h. 53.
[4] Wahbah Al-Zuhaili, h.53-55.
[5] Berdasarkan hadits: قَسَمْت الصَّلَاة بَيْنِي وَبَيْن عَبْدِي نِصْفَيْنِ الْحَدِيث, lih.Jalaluddin Al-Suyuthi, Hasyiyah Al-Suyuthi Wa Al-Sindy Ala Sunan Al-Nasai, Al-Maktabah Al-Syamilah, Juz. II, h. 155.
[6]  Jabir Ibn Musa Al-jazairi, Aisar Al-Tafasir Li Kalami Al-Aliyy Al-Kabir, (Madinah: Makatabah Al-Ulum Wa Al-Hikam, 2003 M.), juz 1, h. 11.
[7] Muhammad Ibn Yusuf, Tafsir Al-Bahr Al-Muhith, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, 2001 M.), juz 1, h. 130.
[8] Lih. QS. Al-Furqan ayat: 1
[9]  Abu Muhammad Al-Hasan Ibn Masud Al-Baghawi, Ma’alim Al-Tanzil, (Daar Thayyibah,1997 M.) juz 1, h. 52.
[10] Wahbah Al-Zuhaili, juz I, h.56
[11] Wahbah Al-Zuhaili, juz I, h.57
[12] http://www.darussalaf.or.id/tafsir/menggali-kandungan-surat-al-fatihah,  diakses tanggal 09 Maret 2013, pukul 23.47 WIB.
[13] http://id.scribd.com/doc/89979275/Asbabun-Nuzul, diakses tanggal 09 Maret 2013, pukul 23.47 WIB.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More