BAB I: PENDAHULUAN
Maksud, ruh dan
intisari dari shalat adalah menghadapkan hati ke hadirat Allah swt. Ketika kita
melakukan sholat, sedangkan hati kita dalam keadaan lupa, maka kita tak ubahnya
jasad (tubuh) yang tidak ber-ruh. Hal ini berdasarkan firman Allah swt.:
فويل للمصلين الذين هم عن صلاتهم ساهون
Artinya: Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya (al-ma’un : 4-5).
Para ulama menafsiri
kata ساهون
(orang-orang yang lalai ) dalam ayat itu menjadi tiga penafsiran: (1)
lalai dari waktunya, dalam arti meninggalkan shalat, (2) lalai dari perkara-perkara
yang diwajibkan didalam shalat, dan (3) lalai dari menghadirkan hati.[1] Ketiga
interpretasi ayat ini sesuai dengan hadits nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan
oleh Imam muslim.[2]
Surat Al-fatihah
merupakan bacaan wajib (rukun qauly) kedua dalam shalat setelah takbiratul
ihram, sehingga dalam makalah mata kuliah tafsir ini, sangat penting sekali
kami jelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan Surat Al-fatihah, diantaranya;
Aplikasi, makna mufradat, makna ijmali, kandungan, asbab
al-nuzul dan hadits-hadits yang berkaitan dengannya agar dalam ibadah
shalat kita tidak termasuk golongan orang-orang yang lalai dalam menghadirkan
hati kita.
Penulis
BAB II: PEMBAHASAN
A.
Teks Surat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
(4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
(6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّالِّينَ (7)
Artinya: “Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Yang menguasai
hari Pembalasan. Hanya Kepada-Mu Kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
(Al-Fatihah: 1-7)
B.
Aplikasi Surat
Dalam Surat Al-fatihah terkandung beberapa makna al-Quran,
ushuluddin, furu’, akidah, ibadah, tasyri’, iman dengan hari kebangkitan
dan sifat-sifat Allah, difungsikan untuk do’a khusus, meminta hidayah ke jalan
yang lurus dan agar dijauhkan dari jalan yang salah.[3]
Menurut Al-Qurthuby, surat Al-Fatihah mempunyai 12 nama[4],
yaitu: Al-Sholat[5],
Surat Al-hamd, Fatihatul kitab, Ummul kitab, Ummul quran, Al-Sab’ul matsani, Al-Quranul
Adzim, Al-Syifa, Al-Ruqyah, Al-Asas, Al-Wafiyah, dan Al-kafiyah, tapi yang
paling masyhur ada tiga nama yaitu: Al-fatihah, Ummul kitab dan Al-sab’ul
matsani.
Keistimewaan Al-fatihah sangat banyak sekali diantaranya adalah
sesuai yang disebutkan dalam hadits yang menjelaskan bahwa Allah membagi
Al-fatihah menjadi dua bagian; sebagian untuk Allah dan sebagian untuk
hamba-Nya, dengan fatihah itu Allah berjanji mengabulkan semua permintaan
hamba-Nya.
C.
Uraian Mufradat
بِسْمِ اللَّهِ ; Dengan menyebut nama Allah.. Kata Ismu memiliki
arti ‘nama’, yaitu kata yang digunakan
untuk identifikasi sesuatu agar bisa dibedakan dari yang lainnya. Kata ‘Allah’
adalah Isim alam dari dzat yang menjadi tuhan supaya dengan nama itu Dia
dikenal.
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ;
Yang maha pengasih lagi maha penyayang. Al-Rahman adalah bentuk mubalaghah
yang musytaq (terbentuk) dari kata Rahmat yang menunjukkan arti banyaknya rahmat yang
diberikan oleh Allah. Al-Rahim juga musytaq dari kata Rahmat , adalah nama
sekaligus sifat bagi Allah yang memiliki arti yang maha pengasih baik di dunia
maupun di akhirat.[6]
الْحَمْدُ ; adalah pujian dengan menggunakan lisan untuk perkara baik
disebabkan karena nikmat atau selainnya. Al-Hamd dan Al-Syukr adalah satu
makna, atau bisa dikatakan Al-hamd lebih umum dari Al-Syukr.[7]
رَبِّ الْعَالَمِينَ ; Tuhan semesta
alam. Kata Rabb memiliki arti yang memelihara, yang memiliki, yang disembah.
Sedangkan Al-Alamin adalah kata jamak yang tidak memiliki mufrad
yang artinya semesta alam (semua alam).
Menurut Ibn Abbas, yang dimaksud dengan Al-Alamin
adalah manusia dan jin karena hanya mereka yang mendapatkan khithab taklif[8],
sedang menurut Qatadah, Mujahid dan Hasan adalah semua makhluk tanpa
terkecuali.[9]
يَوْمِ الدِّينِ ; Hari
pembalasan. Banyak ulama yang menginterpretasikan kata yaum al-din
dengan berbagai penafsiran; ada yang mengartikan hari perhitungan, hari
pembalasan, hari yang tidak ada sesuatupun yang bermanfaat kecuali al-din
(agama) dll., tapi yang jelas semua itu berujung pada satu makna; hari kiamat.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ; Hanya
kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami minta perlindungan.
Mendahulukan kata إِيَّاكَ dalam
penyebutan mengandung arti pengkhususan dalam penyembahan. Berbeda artinya jika
disebutkan نَعْبُدُ
إِيَّاكَ (dengan
mengakhirkan kata Iyyaka) yang tidak mengandung arti pengkhususan. نَعْبُدُ adalah
fiil mudhori’ dari mashdar “al-ibadah”yang artinya; taat dan
merasa rendah. Sedangkan نَسْتَعِينُ memiliki arti permintaan pertolongan, kekuatan dan taufik.
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
; jalan yang lurus, yaitu agama islam. Adalah sejumlah perkara yang
bisa mengantarkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, berupa akidah,
hukum-hukum, adab, dan tasyri’ keagamaan.[10]
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
; orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yaitu para nabi, shiddiqin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholih.
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ ;
mereka yang dimurkai, dan الضَّالِّينَ ;
mereka yang sesat. Mayoritas ulama menafsiri Al-maghdzubi ‘alaihim
dengan orang-orang Yahudi, dan Al-dhaallin dengan orang-orang Nashrani.
Menurut Dr. Wahbah Al-Zuhaili,
penafsiran yang benar adalah bahwa Al-maghdzubi ‘alaihim adalah orang-orang
yang telah mendapatkan petunjuk dari agama islam kemudian dia meninggalkannya,
dan Al-dhaallin adalah orang-orang yang belum sempat mendapatkan risalah
islam, atau telah mendapatkannya tetapi masih sangat kurang sehingga
menjadikannya tersesat.[11]
D.
Makna Ijmali
Surat Al-Fatihah ini memiliki kandungan faidah yang banyak dan
agung, berikut ini beberapa di antaranya yang dapat kami sebutkan:
1.
Surat ini terkandung
di dalamnya tiga macam tauhid:
Ø
Tauhid Rububiyyah,
yaitu beriman bahwa hanya Allah Swt. yang menciptakan, mengatur dan memberi
rizqi, sebagaimana yang terkandung di dalam penggalan ayat: “Rabbil ‘alamin
“.
Ø Tauhid Asma’ wa Shifat, yaitu beriman bahwa
Allah suhanahu wata’ala mempunyai nama-nama serta sifat-sifat yang mulia dan
sesuai dengan keagungan-Nya. Diantaranya Al-Rahman dan Al-Rahim.
Ø Tauhid Uluhiyyah, yaitu beriman bahwa tiada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata. Adapun sesembahan selain
Allah adalah batil, diambil dari penggalan ayat: “Hanya kepada-Mu kami
menyembah dan memohon pertolongan”.
Ø
Penetapan adanya
hari kiamat dan hari pembalasan, sebagaimana potongan ayat: “Penguasa hari
pembalasan”.
2.
Perintah untuk
menempuh jalan orang-orang yang shalih.
3.
Peringatan dan
ancaman dari enggan untuk mengamalkan ilmu yang telah diketahui. Karena hal ini
mendatangkan murka Allah suhanahu wata’ala. Demikian pula, hendaklah kita
berilmu sebelum berkata dan beramal. karena kebodohan akan mengantarkan pada
jalan kesesatan.[12]
E. Sebab-Sebab Turunnya Ayat.
Dalam sebuah artikel di sebuah situs menjelaskan ada sebuah hadits yang
diriwatkan oleh Ali bin Abi Tholib menantu Rasulullah: “Surat al-Fatihah turun
di Mekah dari perbendaharaan di bawah ‘arsy”. Riwayat lain menyatakan,
Amr bin Shalih berkata kepada kami:“Ayahku berkata kepadaku, dari Al- Kalbi,
dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Nabi berdiri di Mekah, lalu
beliau membaca: “Denganmenyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Kemudian orang-orang
Quraisy mengatakan, “Semoga Allah menghancurkan mulutmu (atau kalimat senada).”
Dari Abu Hurairah, ia berkata; “Rosulullah saw. bersabda saat Ubai
bin Ka’ab membacakan Ummul Quran pada beliau, “Demi zat yang jiwaku ada di
tangan-Nya, Allah tidak menurunkan semisal surat ini di dalam Taurat, Injil,
Zabur dan al-Quran. Sesungguhnya surat ini adalah as-sab’ul matsani
(tujuh kalimat pujian) dan al-Quran
al-’Azhim yang diberikan kepadaku[13].”
Tapi keterangan dari artikel ini belum kami temukan satupun redaksi dalam
beberpa kitab Hadits yang mirip.Wallahu A’lam.
BAB IV: PENUTUP
Mudah-mudahan kajian tentang tafsir surat Al-fatihah dari makalah
yang kami buat ini bisa menjadikan kita semua lebih mendalami arti dan
kandungan Surat Al-Fatihah sehingga kita tidak termasuk golongan orang-orang
yang lalai dalam melakukan shalat.
Adapun
penjelasan tentang Munasabah ayat dengan hadits kami cukupkan dengan membahas
aplikasi ayat yang sebelumnya digugurkan dan karena membahas mengenai beberapa
sub di atas akan sangat banyak menghabiskan waktu jika kita mau mencermatinya.
Wallahul
muwaffiq ila aqwamit thariq.
[1] Muhammad Ibn
Abdul Wahhab, Tafsiru Surah al-Fatihah Wa al-Ikhlash Wa al-Mu’awwidatain, Al-Maktabah Al-Syamilah.
[2] Nabi Muhammad
Saw. Bersabda:
تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِ
، يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ قَامَ
فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا ، لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً
(رواه مسلم)
Artinya: “Itu adalah shalat orang munafik. Ia
duduk menunggu matahari, hingga ketika matahari telah berada di antara dua
tanduk setan ia bangkit untuk shalat. Lalu ia mematuk dalam shalatnya sebanyak
empat kali, dalam keadaan ia tidak mengingat (berzikir) kepada Allah kecuali
sedikit.” (HR. Muslim no. 1411). Lih.Muhammad ibn Futuh Al-Humaidi,
Al-Jam’u Baina Al-Shahihaini Al-Bukhari Wa Al-Muslim, Beirut, Lebanon: Dar Ibn
Hazm, cet. II, 2002 M., Juz II, h. 374.
[3]
Wahbah
Al-Zuhaili, Al-Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syariah Wa Al-Manhaj,
(Damaskus:Dar al-Fikr Al-Ma’ashir,1418 H), juz 1, h. 53.
[4]
Wahbah
Al-Zuhaili, h.53-55.
[5]
Berdasarkan
hadits: قَسَمْت الصَّلَاة بَيْنِي وَبَيْن عَبْدِي
نِصْفَيْنِ الْحَدِيث, lih.Jalaluddin Al-Suyuthi, Hasyiyah
Al-Suyuthi Wa Al-Sindy Ala Sunan Al-Nasai, Al-Maktabah Al-Syamilah, Juz.
II, h. 155.
[6] Jabir Ibn Musa Al-jazairi, Aisar Al-Tafasir Li Kalami Al-Aliyy
Al-Kabir, (Madinah: Makatabah Al-Ulum Wa Al-Hikam, 2003 M.), juz 1, h. 11.
[7]
Muhammad Ibn
Yusuf, Tafsir Al-Bahr Al-Muhith, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, 2001
M.), juz 1, h. 130.
[8]
Lih. QS.
Al-Furqan ayat: 1
[9] Abu Muhammad Al-Hasan Ibn Masud Al-Baghawi, Ma’alim Al-Tanzil,
(Daar Thayyibah,1997 M.) juz 1, h. 52.
[10]
Wahbah
Al-Zuhaili, juz I, h.56
[11]
Wahbah
Al-Zuhaili, juz I, h.57
[12] http://www.darussalaf.or.id/tafsir/menggali-kandungan-surat-al-fatihah, diakses tanggal 09 Maret 2013, pukul 23.47
WIB.
[13]
http://id.scribd.com/doc/89979275/Asbabun-Nuzul, diakses
tanggal 09 Maret 2013, pukul 23.47 WIB.